Kajian Kitab Ajwibatul Ghaliyah Fi Aqidah


Bagaimana Cara Mengenal Allah SWT?

 


Insya Allah mulai hari ini kami akan menyajikan secara berseri kajian kitab karya al-’Allamah al-’arif billah al-Habib Zainal Abidin bin Smith al-Alawi al-Husaini yang berjudul al-Ajwibah al-Ghaliyyah fi Aqidah al-Firqah al-Najiyah. Kitab ini adalah sebuah risalah tentang aqidah kaum Muslimin yang benar dan dibenarkan menurut dalil al-Qur’an, as-Sunnah, dan Ijma’ Shahabat. Ia berisi tentang keyakinan-keyakinan golongan Ahli Sunnah wal Jama’ah yang terpenting, ajaran-ajaran yang harus diketahui oleh para santri dan pelajar ilmu agama yang dapat mendorong mereka menuju jalan yang lurus, dan menyelamatkan mereka dari berbagai jalan yang dilewati oleh orang-orang yang menyimpang dari ajaran agama, orang-orang yang sesat dan menyesatkan.
Kajian pertama dimulai dari Bab Pertama dengan bahasan Mengenal Allah SWT.

س: ما هو أوَّلُ واجبٍ على الإنسان ؟
ج: أوَّل ما يجب على المكلف معرفة الله الذي أوجده من العدم إلى الوجود، فإنَّه لم يخلق إلاّ للعبادة، وهي تستلزم أوّلاً معرفة المعبود أيْ: معرفة ذاته وصفاته وأفعاله على الوجه المحمود، قال تعالى: { وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) } .
Pertanyaan: Kewajiban apa yang pertama kali bagi setiap orang?
Jawaban: Kewajiban Yang Pertama Kali Bagi Setiap Orang Mukallaf Adalah Mengenal Allah, yang menciptakannya dari tidak ada menjadi ada. Ia diciptakan oleh-Nya semata-mata untuk beribadah. Mengenal pada mulana memerlukan untuk mengetahui yang disembah, yakni mengetahui Dzat, sifat dan perbuatan-Nya, menurut cara yang terpuji. Allah swt. berfirman:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

... س: ما هو طريق العلم به سبحانه وتعالى ؟
ج: طريق العلم به سبحانه وتعالى من وجهين، أحدهما: من جهة السمع والنقل وذلك بالإصغاء إلى ما أخبر به تعالى عن نفسه في كتبه وعلى ألسنة رسله من أسمائه الحسنى وصفاته الأسنى، قال الله جلَّ ثناؤه: { هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (22) هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (23) هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(24) }
وفي الحديث: (( إنَّ لله تسعة وتسعين اسما، من أحصاها دخل الجنة: هو الله الذي لا إله إلاّ هو الرحمن الرحيم الملك القدوس السلام المؤمن المهيمن العزيز الجبار المتكبر الخالق البارئ المصور الغفار القهار الوهاب الفتاح العليم القابض الباسط الخافض الرافع المعز المذل السميع البصير الحكم العدل اللطيف الخبير الحليم العظيم الغفور الشكور العلي الكبير الحفيظ المغيث الحسيب الجليل الكريم الرقيب المجيب الواسع الحكيم الودود المجيد الباعث الشهيد الحق الوكيل القوي المتين الولي الحميد المحصي المبدئ المعيد المحيي المميت الحي القيوم الواجد الماجد الواحد الصمد القادر المقتدر المقدم المؤخر الباطن الوالي المتعال البر التواب المنتقم العفو الرؤوف مالك الملك ذو الجلال والإكرام المقسط الجامع الغني المغني المانع الضار النافع النور الهادي البديع الباقي الوارث الرشيد الصبور )). رواه الترمذي وغيره.
الثاني: من جهة النظر العقلي وذلك بالتدبر في المخلوقات والاعتبار في المصنوعات فيستدل بذلك على موجدها ومبدعها وخالقها ألا وهو الله الذي لا إله إلاّ هو الرحمن الرحيم، قال تعالى: { إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ
(1/4)
وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (164) } .
Pertanyaan: Bagaimana cara mengenal Allah swt?
Jawaban: Cara mengenal Allah itu ada dua, yaitu:
Pertama, dengan cara mendengar dan mengutip, artinya mendengar apa yang telah diberitakan oleh Allah swt. tentang nama-nama-Nya yang mulia dan sifat-sifat-Nya yang sempurna di dalam kitab-kitab suci-Nya dan melalui lisan-lisan para Rasul-Nya. Dia berfirman:
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
“Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Hassyr: 22-24).
      Di dalam hadits disebutkan:
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai 99 Asma; barangsiapa menghafal semuanya akan dimasukkan ke dalam surga.
            1. Allah (Tuhan), 2. ar-Rahman (Pengasih), 3. ar-Rahim (Penyayang), 4. al-Malik (Merajai), 5. al-Quddus (Suci), 6. as-Salam (Sejahtera), 7. al-Mu’min (Pemberi keamanan), 8. al-Muhaimin (Yang Menyatakan dirinya Esa), 9. al-‘Aziz (Gagah tak terkalahkan), 10. al-Jabbar (Kuat dan Gagah),
11. al-Mutakabbir (Besar, Gagah), 12. al-Khaliq (Pencipta makhluk), 13. al-Bari (Pembikin makhluk), 14. al-Mushowwir (Pembentuk makhluk), 15. al-Ghaffar (Pengampun dosa), 16. al-Qahhar (Gagah perkasa), 17. al-Wahhab (Pemberi), 18. ar-Razzaq (Pemberi rizqi), 19. al-Fattah (Pembuka pintu Rahmat), 20. al-‘Alim (Maha Tahu segalana),
21. al-Qabidh (Penahan), 22. al-Basith (Pemberi rizqi dengan mudah), 23. al-Hafidz (Yang Menurunkan), 24. ar-Rafi’  (Yang Menurunkan), 25. al-Mu’izz (Yang memberi kemuliaan), 26. al-Mudzil (Yang memberi kehinaan), 27. al-Sami’ (Yang Mendengar), 28. al-Bashir (Yang Melihat), 29. al-Hakam (Maha Bijaksana), 30. al-‘Adl (Maha Adil),
31. al-Lathif (Halus), 32. al-Khabir (Yang Mengetahui yang tersembunyi), 33. al-Halim (Penyantun), 34. al-‘Adzim (Besar), 35. al-Ghafur (Pengampun), 36. as-Syakur (Pemberi Upah), 37. al-‘Ali (Tinggi), 38. al-Kabir (Besar), 39. al-Hafidz (Pemelihara), 40. al-Muqith (Pemberi Makan),
41. al-Hasib (Pemberi makanan), 42. al-Jalil (Penghitung), 43. al-Karim (Yang Mulia), 44. al-Raqiib (Yang Mengamati), 45. al-Mujib (Yang memperkenankan do’a), 46. al-Wasi’ (Yang Lusa Ilmu-Nya), 47. al-Hakim (Yang Pintar), 48. al-Wadud (Penyayang), 49. al-Majid (Yang Paling Mulia), 50. al-Ba-‘its (Yang membangkitkan),
51. al-Syahid (Yang menghadiri seluruhnya), 52. al-Haqqu (Yang tetap ada), 53. al-Wakil (Yang mengurus pekerjaan hamba-Nya), 54. al-Qawi (Kuat), 55. al-Matin (Kukuh-kuat), 56. al-Wali (Yang menjaga makhluk), 57. al-Hamid (Yang dipuja), 58. al-Muhshi (Yang Menghitung), 59. al-Mubdi’ (Yang menciptakan), 60. al-Mu’id (Yang menghidupkan kembali),
61. al-Muhyi (Yang menghidupkan), 62. al-Mumit (Yang mematikan), 63. al-Hayyu (Yang hidup), 64. al-Qayyum (Yang tegak), 65. al-Wajib (Yang memberi sesuatu), 66. al-Majid (Yang besar keadaannya), 67. al-Wahid (Tunggal), 68. as-Shomad (Yang dituju), 69. al-Qadir (Yang Kuasa), 70. al-Muqtadir (Yang Kuasa),
71. al-Muqaddim (Yang mendahulukan), 72. al-Mu-akhhir (Yang mengemudiankan), 73. al-Awwal (Yang Qodim tak berpermulaan), 74. al-Akhir (Yang Baqa selama-lamanya), 75. al-Zhahir (Yang memperlihatkan wujudnya dengan tanda-tandanya), 76. al-Bathin (Yang tersembunyi Dzat-Nya), 77. al-Wali (yang mengurusi seluruhnya), 78. al-Muta’ali (yang bersih dari sekalian sifat kekurangan), 79. al-Barru (yang banyak kebaikan-Nya), 80. at-Tawwab (Penerima taubat),
81. al-Muntaqim (Yang menghukum sipapun yang patut dihukum), 82. al-‘Afuwwu (Yang memberi maaf siapa yang patut dimaafkan), 83. al-Ra-uf (besar kasih sayang-Nya), 84. al-Malikul Mulki (Raja sekalian raja), 85. Dzul Jalali wa al-Ikram (Mempunyai kebesaran dan kemuliaan), 86. al-Muqsith (Yang memperhatikan orang teraniaya), 87. al-Jami’ (Penghimpun makhluk di hari kiamat), 88. al-Ghaniy (Yang kaya raya), 89. al-Mughniy (yang mengayakan), 90. al-Mani’ (Yang melarang),
91. ad-Dharr (Yang memberi madlorot), 92. an-Nafi’ (Banyak memberi manfaat), 93. an-Nur (Pemberi cahaya), 94. al-Hadi (Pemberi petunjuk), 95. al-Badi’ (Yang mengadakan sesuatu), 96. al-Baqi (Yang kekal selama-lamanya), 97. al-Warits (Yang kekal sesudah semuanya habis), 98. al-Rasyid (Yang cerdik cendekia), 99. as-Shabur (Penyantun, tak terburu-buru).
Kedua, dengan akal, maksudnya menfungsikan akal fikiran untuk merenungkan tentang alam raya (makhluk) ini dan mengambil pelajran dari semua kejadian, kemudian menjadikan semua itu sebagai dalil atau bukti Yang Maha Menciptakannya, yang tiada lain adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.
Allah swt. berfirman:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. al-Baqarah: 164). [Sarkub.Com]
 
 


0 komentar: