Pengamatan dan Tanggapan dalam Psikologi




BAB I
PENDAHULUAN


1.       Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam, banyak sekali perilaku-perilaku psikologis yang harus dipahami oleh guru. Salah satunya yakni mengenai aktivitas-aktivitas kejiwaan siswa. Oleh karenanya disini penulis akan menyajikan bahasan tentang pengamatan,dantanggapan sebagai aktivitas awal dan dasar dari seorang siswa dalam belajar.
2.      Rumusan Masalah
        1)      Apakah yang dimaksud Pengamatan dan Tanggapan?
        2)      Bagaimana proses terjadinya Pengamatan dan  Tanggapan?
        3)      Bagaimana jenis dan fungsi dari Pengamatan dan Tanggapan?
               
3.      Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah agar mengerti apa definisi dari Pengamatan dan Tanggapan berikut proses terjadinya, jenis serta fungsinya dan kedepannya mampu menyikapi aktivitas-aktivitas manusia tersebut dalam proses belajar-mengajar.




BAB II
PEMBAHASAN
PENGAMATAN
               Pengamatan merupakan proses belajar mengenal segala sesuatu yang ada di sekitar kita dengan menggunakan alat indera kita. Dengan kehendak-Nya, Allah membekali manusia dan hewan dengan segala keperluan dan fungsi yang mereka perlukan untuk tetap bisa melestarikan hidupnya.Sebagaimana firman Allah:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ
Artinya: “Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan gajah?”(QS. Al-Fiil:1)
               Secara tidak langsung ayat tersebut memerintahkan agar kita melakukan suatu pengamatan terhadap sesuatu agar kita mengetahui apa yang dikandungnya.
               Pengamatan itu sendiri dalam pengertian sempit merupakan proses menginterpretasikan sesuatu, dengan jalan: mengenali “tanda-tanda” sebagai alatnya, dan pengertian-pengertian tertentu sebagai tujuan pengamatan.
               Syah (1996: 118) menyatakan bahwa pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga. Berkat pengalaman belajar, seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum memperoleh pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula.
Manusia memiliki indra untuk mengamati segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Dari hasil pengamatan itu tinggallah kesan atau tanggapan. Makin baik daya reaksi terhadap lingkungan manusia akan makin banyak memiliki kesan (tanggapan).

Berikut beberapa pengaturan pengamatan:
a.Pengaturan menurut sudut pandangan ruang
b.Pengaturan menurut sudut pandangan waktu
c.Pengaturan menurut sudut pandangan gestalt
d.Pengaturan menurut sudut pandangan arti

Adapun proses-proses pengamatan adalah sebagai berikut:
1.Penglihatan
Menurut objeknya penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:
1)Melihat bentuk
2)Melihat dalam
3)Melihat warna
2.Pendengaran
Mendengar adalah menangkap bunyi-bunyi (suara) dengan indera pendengaran. Dalam kehidupan sehari-hari bunyi itu berfungsi sebagai pendukung arti, karena itulah sebenarnya yang kita tangkap atau yang kita dengar adalah artinya itu, bukan bunyi atau suaranya.
Bunyi dan suara itu dapat kita golongkan atas dasar dua cara, yaitu:
a)Berdasarkan atas keteraturan dapat kita bedakan antara
1.Gemerisik, dan
2.Nada
b)Selanjutnya nada itu biasa dibeda-bedakan atas dasar:
1.Tinggi rendahnya, yang tergantung kepada besar kecilnya frekuensi
2.Intensitasnya yang tergantung pada ampiltudonya
3.Timbrennya yang tergantung pada kombinasi bermacam-macam frekuensi dalam tinggi rendahnya suara
3.Rabaan
Istilah raba mempunyai dua arti, yaitu:
1)Meraba sebagai perbuatan aktif, yang meliputi jaga keseimbangan atau kinestesi, dan
2)Pengalaman raba secara pasif yang melengkapi pola beberapa indera, atau kemampuan lain, yaitu:
a.Indera untuk sentuh atau tekanan
b.Indera untuk mengamati panas
c.Indera untuk mengamati dingin
d.Indera untuk merasa sakit dan
e.Indera untuk vibrasi
Kalau orang meraba dengan mata tertutup, maka akan terjadi visualisasi, artinya kesan rabaan itu akan digambarkan sebagai kesan penglihatan, ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan penglihatan itu di antara modalitas-modalitas pengamatan yang lain.
4.Pembauan (penciuman)
Arti psikologis bau dan pembauan (penciuman) masih sedikit sekali diteliti oleh para ahli walaupun dalam kehidupan sehari-hari secara popular telah menyaksikan pengaruh bau-bauan itu kepada aktivitas manusia.
Kualitas bau itu boleh dikata tak terhingga variasinya.Biasanya para ahli yang melakukan penelitian dalam hal ini membuat klasifikasi atas dasar bau utama yang mempunyai sifat khas. Henning (1924) misalnya membedakan adanya enam macam bau utama (bau pokok) itu, yaitu:
1)Bau bunga (blumig)
2)Bau akar (warzig)
3)Bau buah (cruehig)
4)Bau getah (harzig)
5)Bau busuk (faulig)
6)Bau sengit (brenlich)
Sementara Swaatdeaker (Kohnstamm et al, 1955, P 103) menggolongkan bau itu menjadi sembilan macam bau, yaitu:
1)Bau etheris
2)Bau aromatis
3)Bau bunga
4)Bau amber
5)Bau bawang
6)Bau sengit
7)Bau kapril
8)Bau tak sedap, dan
9)Bau memuakan
5.Pencecapan
Dalam kehidupan sehari-hari variasi rasa cecapan itu dibedakan menjadi banyak sekali, akan tetapi indera pengecap terutama hanya terdapat empat macam rasa pokok, yaitu:
1)Manis
2)Asam
3)Asin, dan
4)Pahit 

Beberapa masalah praktis
1)Kita mengenal dunia riil dengan panca indera
2)Terlebih-lebih pada anak-anak, peranan panca indera dalam menerima pendidikan atau belajar itu boleh dikatakan bersifat menentukan
3)Selama sistem sekolah-sekolah serta pendidikan masih seperti yang kita kenal sekarang ini, maka di antara kelima modalitas pengamatan yang paling penting adalah penglihatan dan pendengaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.
Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.
Berkat pengalaman belajar seseorang akan mampu mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula. Sebagai contoh, seorang anak yang baru pertama kali mendengarkan radio akan mengira bahwa penyiar benar-benar berada dalam kotak bersuara itu. Namun melalui peruses belajar, lambat-laun akan diketahuinya juga bahwa yang ada dalam radio tersebut hanyalah suaranya, sedangkan penyiarnya berada jauh di setudio pemancar.



TANGGAPAN
1.       Pengertian tanggapan   
            Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, ketika objek yang diamati tidak lagi berada dalam ruang dam waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa demikian ini disebut tanggapan.
               Tanggapan disebut “laten” (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan tersebut ada di bawah sadar, atau tidak kita sadari, dan suatu saat bisa disadarkan kembali. Sedang tanggapan disebut “aktual”, apabila tanggapan tersbut kita sadari.
               Menurut teori tanggapan, belajar adalah memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya.Banyak tanggapan berarti dikatakan pandai.Sedikit tanggapan berarti dikatakan kurang pandai.Maka orang pandai berarti orang yang banyak mempunyai tanggapan yang tersimpan dalam otaknya.
            Penanggapan itu umumnya ialah pengalaman kembali atau pengahajatan kembali bekas-bekas yang diterima dahulu dari pengamatan, yang sekarang digambarkan kembali dalam kesadaran.
Jadi tanggapan ialah bekas atau gambaran dari sesuatu pengamatan, yang tinggal dalam lubuk jiwa kita sehingga boleh disebut gambaran ingatan.
Gambaran pengindraan yang sebenarnya tentu lebih sempurna, lebih jelas dari gambaran ingatan, karena kita dalam hal ini tidak lagi melihat atau mengalami hal itu dimuka kita, benda atau hal yang sejatinya.
Umpamanya : waktu melihat ular yang sebenarnya masih jelas bagi kita bentuknya, warnanya dan sebagainya, tetapi dalam gambaran ingatan atau tanggapan, apalagi jika lama sesudah kejadian yang sebenarnya.
Tidak semuanya apa yang telah dialami, dapat dialami. Ada yang lama tinggal dalam jiwa sadar kita, ada yang mudah ditimbulkan, digambarkan kembali. Yang setengah sadar tentu mudah kembali menjadi sadar, umpamanya : pengalaman atau kejadian yang baru saja terjadi.
Yang tidak bisa atau sukar sekali dihidupkan atau ditimbulkan kembali, jadi yang tetap tinggal tersimpan dalam lubuk atau gudang jiwa, lebih banyak pula lagi Isi jiwa tak sadar jauh lebih luas dan banyak dari isi jiwa sadar.
Ada pula yang dengan tepat dan mudah bisa dihidupkan kembali. Hal itu bergantung kepada beberapa faktor :
a.       Kuat tidaknya kesan yang diterima, dan gambaran yang terjadi waktu pengamatan yang sebenarnya.
b.      Jelas tidaknya, sempurna tidaknya pengamatan yang berlangsung dahulu itu.
c.       Keadaan jiwa dan atau keadaan tubuh waktu menerima kesan itu dan sekarang waktu menggambarkannya kembali.
Biasanya apa yang tidak disukai. Lekas hilang dari jiwa sadar, lekas terpendam dalam lubuk jiwa terkecuali jika yang tidak disukai menimbulkan dan meninggalkan bekas yang sangat keras dan hebat umpamanya.Umpamanya : kebencian kita terhadap sesuatu sehingga kita setiap hari marah-marah atau menyimpannya sebagai dendam. Kecemburuan kita terhadap seseorang teman bisa menimbulkan dan meninggalkan kesan dan b ekas sehingga hal itu tidak dapat dilupakan bertahun-tahun lamanya.
Apa yang disukai biasanya tinggal lama dalam kesadarandan menggambarkannya kembalipun biasanya mudah. seperti: Upacara naik kelas, perkawinan yang baik,dll.
Penanggapan biasanya lebih mudah, jika gambaran-gambaran yang hendak ditimbulkan dan dialami kembali itu, tidak berdiri sendiri dan tidak terpencil artinya ada hubungannya, ada pertaliannya bekas atau gambaran-gambaran, ada yang tersimpan.
Dengan istilah pendidikan hal itu dikatakan sebagai berikut :
Pengetahuan yang baru mudah diterima jika sudah ada pengetahuan yang lama yang berhubungan atau bersamaan dengan itu. Dengan perkataan sehari-hari : jika ada kawannya yang menyambutnya ! kesan-kesan atau pengetahuan yang sudah ada dinamakan : bahan appersepsi.
Penanggapan tentu saja dipermudah, jika ada alasan-alasan yang meminta, supeya gambaran-gambaran ingatan ditimbulkan kembali umpamanya : jika seorang murid diberi kesempatan oleh gurunya atau jika seorang saksi dipersilakan oleh hakim menceritakan hal-hal yang dikehendakinya.


2) Macam-Macam Tanggapan

Tanggapan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

- Menurut alat indra yang berperanan dalam waktu mengamati : ada tanggapan
 Visual ( penglihatan ), Auditif ( pendengaran ), penciuman, dan sebagainya.
 - Menurut terjadinya : ada tanggapan ingatan, ada tanggapan fantasi.
- Menurut terikatnya : tanggapan benda dan ada tanggapan kata.


Menurut Buku Drs. Wasty Soemanto Tanggapan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
- Tanggapan masa lampau yang sering disebut sebagai tanggapan ingatan.
- Tanggapan masa sekarang yang dapat disebut sebagai tanggapan imajinatif.
- Tanggapan masa mendatang yang biasa disebut sebagai tanggapan antisipasif.

3) Tipe-Tipe Tanggapan

1. Bayangan Eidentik

Bayangan Eidentik ialah tanggapan yang jelas dan hidup sehingga menyerupai pengamatan. (eidos=bayangan/ areal).
Bayangan Eidentik banyak terdapat pada anak-anak. Ada 2 macam tipe anak eidentik, ialah :
a. Tipe Tetanoid atau Tipe T : Bayangan eidentik bagi tipe ini tidak lekas timbul dengan sendirinya atau ditimbulkan.
b. Tipe Basedoid atau Tipe B : Bayangan bagi tipe ini mudah ditimbulkan secara mendadak atau spontan.

2. Proses Pengiring

Proses pengiring ialah besar kecilnya pengaruh dari kesan-kesan yang dimiliki. Dapat dibedakan dalam 2 macam ialah :
- Fungsi sekunder, artinya pengaruh dari kesan yag telah dimiliki besar sekali, ia sukar melupakan pengalaman-pengalaman pada masa lampau. Jadi kesan-kesan masa lampau selalu berada di ruang kesadaran, sukar dimasukan di bawah kesadaran, sukar menyesuaikan diri.
- Fungsi primer, artinya pengaruh-pen garuh dari kesan yang telah dimiliki sejak kecil sekali. Ia mudah melupakan pengalaman masa lampau, mudah masuk kebawah sadar, mudah menyesuaikan diri. Hal ini besar pengaruhnya pada watak seseorang.

3. Reproduksi

Reproduksi ialah kembalinya suatu tanggapan dari ruang bawah sadar ke ruang kesadaran.
Reproduksi dapat terjadi dengan alat-alat perantara atau tanpa perantara. Yang dengan perantara, misalnya karena pengaruh perkataan : kita membaca perkataan Surabaya, maka timbullah tanggapan-tanggapan tentang kebun binatang., tugu pehlawan, jembatan merah dan sebagainya. Sedang yang tanpa perantara terjadi karena kekuatan sendiri timbul di ruang kesadaran.Reproduksi ini dapat terjadi tidak dengan sengaja atau pun dengan sengaja.

4. Asosiasi

Asosiasi, ialah ikatan antara tanggapan yang satu dengan yang lain didalam jiwa. Tanggapan yang berasosiasi berkecenderungan untuk memproduksi, artinya jika yang satu disadari, maka yang lain ikut disadari pula.
Asosiasi terjadi mekanis, dengan sendirinya, menurut hukum-hukum tertentu. Herbart (pendidik bahasa jerman) mengemukakan 5 hukum asosiasi yang mula-mula berasal dari Aristoteles, sebagai berikut:

a. Hukum sama waktu atau serentak: artinya beberapa tanggapan yang dialami waktu yang sama akan bersatu dengan lainnya. Misalnya antara bentuk benda dengan namanya, dengan rasanya, dengan baunya, dengan warnanya: karena pada waktu kita mengamati bentuk benda tersebut sekaligus kita telah mendengar namanya, membau-nya, mengenyam rasanya, melihat warnanya dan sebagainya.

b. Hukum berurutan : artinya beberapa yang kita alami berturut-turut yang satu dengan yang lain akan beasosiasi. Misalnya kakak dengan adik-adiknya, abjad a, b, c, d, dengan angka 1 2 3 4 dan sebagainya.

c. Hukum serupa atau persamaan : artinya beberapa tanggapan yang serupa, sejenis, identik, dan sebagainya, satu dengan yang lainnya akan berasosiasi. Dengan catatan bahwa yang lama atau yang sering dialami akan dijadikan pedoman. Misalnya : seorang anak untuk pertama kali melihat harimau di kebun binatang. Ia teringat pada kucing besar.

d. Hukum berlawanan : artinya tanggapan-tanggapan yang berlawanan satu dengan yang lainnya akan berasosiasi. Misalnya : sangat gemuk dan sangat kurus, sangat besar dengan sangat kecil, sangat tinggi dengan sangat pendek dan sebagainya.

e. Hukum logis : atau hukum sebab akibat, artinya suatu tanggapan yang sedang kita alami akan mengingatkan kita kepada sebab-sebab atau pun akibat-akibatnya. Misalnya hujan lebat akan mengingatkan mendung dapat pula mengingatkan banjir dan sebagainya.

Oleh karena aliran ilmu jiwa modern hukum-hukum asosiasi ini disederhanakan sebagai berikut:
- Hukum kontiuitet (berdampingan), artinya beberapa tanggapan yang dialami pada waktu yang sama atau berturut-turut.
- Hukum persamaan atau serupa.
- Hukum berlawanan.

5. Apersepsi

Apersepsi (aperseption), ialah pengamatan yang dilakukan dengan sadar terhadap bahan-bahan dari luar (menurut Leibnitz).
Menurut Wundt, apersepsi ialah proses kemauan yang memimpin jalannya pekerjaan jiwa dan yang menempatkan gejala kejiwaan pada pusat kesadaran di dalam hubungan kategorial, artinya menurut jenis, golongan, dan bagian.

6. Tanggapan Halusinasi
Unsur-unsur emosi mimpi menjadi faktor-faktor yang kuat dalam perkembangan halusinasi.Tanggapan halusinasi meliputi pembentukan gambaran-gambaran yang tak berhubungan dengan kenyataan tetapi yang di proyeksi kepada dunia yang nyata.Dalam bentuk-bentuk tartuntu gangguan emisional yang keras, misalnya, pasien dapat melapurkan melihat malaikat atau mendengar suara-suaranya.
   7. Tanggapan Editis
Ada sementara orang yang sudah mengamati sesuatu mendapatkan tanggapan yang sangat jelas dan ingat betul sampai mendetail.Tanggapannya sangat terang seterang pengamatan.

8. Tanggapan Imaginer
Tanggapan bukanlah selalu hanya reproduksi pengalaman-pengalaman lalu. Banyak gambaran-gambaran mental (Tanggapan) adalah hasil dari suatu syntese pengalaman-penglaman masa lalu, hal ini disebut tanggapan imaginer yang berdasar kepada penglaman-penglaman lalu, tetapi yang mengambil suatu bentuk baru dan dapat dianggap sebagai “tanggapan produktif dan kreatif”
Penemuan, pembacaan hasil-hasil fiktif (khayalan dan arsitik) adalah contoh-contoh dari jenis tanggapan ini.

Tipe tanggapan menurut macam indera yang dipergunakan untuk membentuk tanggapan-tanggapan, maka dapat digolongkan dalam beberapa tipe ialah :

a. Permata (visueel), ialah orang yang mudah memahami sesuatu yang dilihatnya.
b. Penelinga (auditief), ialah orang yang mudah memahami sesuatu yang didengarnya.
c. Penganggota (motoris), ialah orang yang mudah memahami sesuatu yang diikuti dengan gerakan.
d. Peraba (tactile), ialah orang yang mudah memahami sesuatu yang dirabanya.
Tipe-tipe Tanggapan
Tiap-tiap orang mempunyai tipe tanggapan masing-masing,yang bisanya digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu ;
a)      Tipe Visual, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali terhadapapa yang telah di lihatnya.
b)      Tipe Auditif, artinya orang itu dapat mengingat dengan baik sekali terhadapapa yang telah di dengarnya.
c)      Tipe Motorik, artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik sekali terhadapapa yang telah di rasakan gerakannya.
d)     Tipe Taktil,artinya orang itu mempunyai ingatan yang baik terhadap segalaapa yang telah di rabanya.
e)      Tipe Campuran,artinya kekuatan tiap-tiap indera sama saja, dan mempunyaiingatan yang sama kuatnya terhadap apa yang pernah di inderakannya.
Di dalam mentipe ini bukan berarti indera yang lain tidak bekerja, hanya sajaindera-indera itu tidak menunjukan kekuatan yang istemewa. Kekuatan indera yang istemewa itulah yang di jadikan dasar untuk mentipe seseorang.






Perbedaan antara tanggapan dan pengamatan:
1.       Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat waktu dan tempat.
2.       Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
3.       Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada tanggapan tidak perlu ada rangsangan.
4.       Pengamatan bersifat sensoris, sedang pada tanggapan bersifat imaginer.








BAB III
KESIMPULAN
Pengamatan adalah proses mengenali sesuatu melalui tanda-tandanya untuk menghasilkan suatu pengertian.
Pengamatan merupakan gerbang awal untuk mengenal dunia, oleh karenanya Allah menganugerahkan kita berupa panca indra agar mampu mengamati dan mengenal alam sekitar maupun diri sendiri dengan melihat, mendengar, meraba, membau dan mencecapnya.

Proses pengamatan akan menghasilkan kesan (tanggapan) dan semakin baik suatu pengamatan, maka semakin baik pula kesan yang didapat.

Tanggapan ialah bekas atau gambaran dari sesuatu pengamatan, yang tinggal dalam lubuk jiwa kita sehingga boleh disebut gambaran ingatan.Misalanya berupa kesan pemandangan alam yang baru kita lihat dll.

Tanggapan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

- Menurut alat indra yang berperanan dalam waktu mengamati : ada tanggapan
 Visual ( penglihatan ), Auditif ( pendengaran ), penciuman, dan sebagainya.
- Menurut terjadinya : ada tanggapan ingatan, ada tanggapan fantasi.
- Menurut terikatnya : tanggapan benda dan ada tanggapan kata.


Menurut Buku Drs. Wasty Soemanto Tanggapan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
- Tanggapan masa lampau yang sering disebut sebagai tanggapan ingatan.
- Tanggapan masa sekarang yang dapat disebut sebagai tanggapan imajinatif.
- Tanggapan masa mendatang yang biasa disebut sebagai tanggapan antisipasif
Perbedaan antara tanggapan dan pengamatan:
1.       Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat waktu dan tempat.
2.       Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
3.       Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada tanggapan tidak perlu ada rangsangan.
4.       Pengamatan bersifat sensoris, sedang pada tanggapan bersifat imaginer.



DAFTAR PUSTAKA
Joharun.blogspot.com/2011/04/makalah-psikologi.html
lailatur-rahmah.blogspot.com/.../psikologi-pendidikan-tanggapan.html
Patty MA, Prof. F. Prof. Dr. Kasmiran Woeryo MA.Drs. Moh. Noor Syam. Drs. I Wayan Ardhana .M.A. Drs. Indung A. Saleh. 1982.Pengantar Psikologi Umum.Surabaya : Usaha Nasional.
S. Gana, Hamzah Nasution Oejeng. 1957.Ilmu Jiwa Umum. Bandung : Ganaco.
MA, Dr. W. Ardhana. Sudarsono S. Ma. 1963.Pokok-Pokok Ilmu Jiwa Umum.Surabaya : UsahaNasional.
zahratussaadah.wordpress.com/.../psikologi-belajar-resume-tentang-pengamatan-tanggapan-fantasi.html



0 komentar: