PENGARUH PERILAKU INDIVIDU DALAM BERORGANISASI TERHADAP KINERJA ANGGOTA ORGANISASI
PENGARUH
PERILAKU INDIVIDU DALAM BERORGANISASI
TERHADAP KINERJA
ANGGOTA ORGANISASI
Syarifa Nihlah
Mahasiswa UNISBA
Syarifanihlah37@gmail.com
ABSTRAK
Alasan
mengapa perlu memahami perilaku individu adalah karena tiap individu mempunyai
perbedaan dalam merespon sesuatu maupun perilaku, karena tidak ada manusia yang
sama. Setiap pemimpin organisasi harus dapat memahami karakteristik tiap
individu yang menjadi anggota organisasinya sehingga dapat dengan mudah
memprediksi perilaku mereka. Hal ini dikarenakan perilaku individu mempengaruhi
berjalannya organisasi dengan baik atau tidak.
Berbagai
variabel karakteristik yang perlu dipahami antara lain karakteristik biografis,
kemampian, pembelajaran, persepsi, sikap, kepuasan kerja dan stres yang harus
dipahami pimpinan organisasi terhadap anggotanya.
Keywords:
Pengaruh Perilaku Individu, Perilaku Individu Dalam Berorganisasi,
Pengaruh Perilaku
Individu Dalam Berorganisasi, Kinerja Anggota Oganisasi.
PENDAHULUAN
Peran organisasi saat ini cukup penting dalam segala aspek kehidupan baik dalam perusahaan, pemerintah,
organisasi
sosial,
kemasyarakatan dan lain-lain.
Organisasi selalu berkembang
sesuai kebutuhan
zaman dan peradaban. Dimana organisasi ada sejak
manusia
itu
ada.
Kebutuhan organisasi
saat
ini dalam melakukan
fungsi-fungsi
manajemen dan organisasi,
prinsip-prinsip organisasi dan tujuan organisasi. Perkembangan organisasi saat ini
cukup pesat seiring perkembangan ilmu dan pengetahuan serta teknologi, sehingga peran organisasi dalam teknologi cukup besar dan sebaliknya peran teknologi
juga cukup besar. Namun
organisasi
sebagai satu sub
bagian dari cabang ilmu sosial memiliki peranan yang
cukup besar dalam kehidupan manusia.
Organisasi sangat dibutuhkan dalam segala.
Organisasi dilihat diri aspek prilaku, sedangkan teori organisasi dilihat dari aspek
sekelompok individu
yang
berkerjasama untk
mencapai
tujuan, atau organisasi
sebagai
wadah
tempat
individu
bekerjasama secara
rasional dan sistematis untuk mencapai tujuan. Organisasi disusun sesuai kebutuhan jaman dimana kebutuhan dan perkembangan informasi dan
komunikasi manusia cukup pesat. Organisasi berkembang merupakan suatu bentuk kontruksi sosial yang dialektis sesuai
kebutuhan
jaman. Organisasi merupakan konstruksi komunikasi
lisan dan
tulisan. Manusia dalam
pekerjaannya
bukanlah mesin yang bekerja begitu saja, tanpa perasaan, pikiran dan kehidupan sosial.
Pada dasarnya setiap individu membawa kebutuhan pribadi ke dalam organisasi di mana mereka
bekerja. Kebutuhan–kebutuhan
ini untuk sebagian
berupa materi dan ekonomis, sebagian berupa kebutuhan
sosial dan psikologis.
Akhir dari proses
motivasi adalah insentif
yang didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang akan mengurangi kekurangan akan kebutuhan dan mengurangi
dorongan[1].
Manusia
adalah
sesuatu yang
paling kompleks.
Manusia
memiliki rasa suka dan benci, gembira dan sedih, berani dan takut, dan lain sebagainya. Selain itu, manusia mempunyai pikiran dan
pertimbangan yang menentukan sikap serta
pendiriannya. Keadaan ini menyebabkan pengaruh yang tidak sedikit terhadap keadaan organisasi.
PEMBAHASAN
Nimran
(2009) menyatakan bahwa
untuk memahami perilaku individu, kita perlu
mengkaji berbagai karakteristik yang
melekat pada individu itu. Adapun berbagai karakteristik individu yang
penting adalah (a) ciri biografis yang
meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah
tanggungan dan masa kerja; (b)
kepribadian;
(c) persepsi; (d) sikap (attitude).
Selain faktor karakteristik individu dan karakteristik
organisasi yang dapat menghasilkan kinerja yang optimal adalah lingkungan kerja.
Menurut Sunyoto (2013) dengan memperhatikan lingkungan kerja yang baik atau menciptakan
kondisi kerja yang mampu memberikan motivasi untuk bekerja, maka akan membawa pengaruh
terhadap kegairahan atau semangat anggota organisasi bekerja. Lingkungan kerja sangat
mempengaruhi kinerja seseorang yang
memiliki perilaku yang
berbeda dalam lingkungan yang berbeda
pula. Lingkungan kerja sangat berpengaruh
cukup besar dalam meningkatkan kinerja anggota organisasi
dalam menyelesaikan tugas tugasnya. Lingkungan kerja yang baik adalah lingkungan
yang memiliki fasilitas, suasana kerja (lingkungan non fisik),
dan tempat kerja (lingkungan fisik) untuk mendukung pekerjaan (Anoraga,
2005).
Berbagai
variabel karakteristik yang perlu dipahami antara lain karakteristik biografis,
kemampuan, kepribadian, pembelajaran, persepsi, sikap, kepuasan kerja dan stres
yang harus dipahami pimpinan organisasi terhadap anggotanya.
A.
Umur berdasarkan
karakteristik biografis
Umur mempunyai
hubungan dengan tingkat keluar masuknya Anggota, absensi, produktivitas dan kepuasan kerja. Hubungan
umur dengan keluar masuknya anggota organisasi adalah jika
umur meningkat maka tingkat keluar masuknya anggota
organisasi menurun. Alasannya
karena alternatif pekerjaan (option) yang semakin sedikit.
Hubungan umur dengan absensi adalah jika umur meningkat, maka ketidakhadiran yang disengaja
menurun
tetapi ketidakhadiran
yang tidak disengaja meningkat. Mengingat umur yang bertambah berarti adanya
keluarga yang harus dibina. Ketidakhadiran yang disengaja jarang sekali dilakukan.
B.
Kemampuan
Menurut Robbins
(2001), kemampuan merupakan suatu kapasitas yang dimiliki seorang individu
untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Setiap manusia mempunyai kemampuan berfikir
masing-masing. Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun dari
dua faktor, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
a.
Kemampuan
Intelektual
Kemampuan intelektual
merupakan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan atau menjalankan kegiatan
mental. Menurut Robbins (2001) ada 7 dimensi yang membentuk kemampuan
intelektual, yaitu:
1)
Kecerdasan
numerik yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat.
2)
Pemahaman verbal
yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar.
3)
Kecepatan
perseptual yaitu kemampuan mengenal kemiripan dan perbedaan visual dengan cepat
dan tepat.
4)
Penalaran
induktif yaitu kemampuan mengenal suatu urutan logis dalam suatu masalah dan
pemecahannya.
5)
Penalaran
deduktif yaitu kemampuan menggunakanlogika dan menilai implikasi dari sautu
argumen.
6)
Visualisasi
ruang yaitu kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek akan tampak seandainya
posisi dalam ruang diubah.
7)
Ingatan yang
adalah berupa kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu.
Beberapa profesi yang
erat dengan kemampuan intelektual di antaranya adalah akuntan, periset,
penyelia penjual.
b.
Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik
merupakan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut daya stamina,
kecekatan, dan keterampilan. Berbeda dengan kemampuan intelektual yang memiliki
peranan besar dalam pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik hanya menguras
kapabilitas fisik. Ada sembilan kemampuan fisik dasar, yaitu kekuatan dinamis,
kekuatan tubuh, kekuatan statis, kekuatan, keluwesan extent, keluwesan dinamis,
koordinasi tubuh, keseimbangan, dan stamina.
C.
Kepribadian
Kepribadian merupakan terjemahan inggris, yaitu personality.
Kata
personality sendiri berasal dari bahasa latin persona,
yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau
pertunjudari bahasa ikan. Pada saat pertunjukan para aktor tidak menampilkan
kepribadian yang sesungguhnya melainkan menyembunyikan kepribadiaannya yang
asli, dan menampilkan dirinya sesuai dari topeng yang digunakannya.
Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut lentang
kepribadian, berikut dikemukakan beberapa pengertian dari para ahli. Allport
mengemukakan bahwa “Personality is the dinamic organization within the
individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustment
to his environtment”. Secara harfiah, pengertian itu dapat diartikan bahwa:
“kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang
sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap
lingkungannya”.
Dalam Ensiklopedia Wikipedia
kata kepribadian didefinisikan sebagai “a dynamic and organized set of
characteristics possessed by a person that uniquely influences his or her
cognitions, motivations, and behaviors in various situations.” Arti harfiah
dari definisi ini adalah bahwa kepribadian merupakan serangkaian karakteristik
yang dinamis dan terorganisasi yang dimiliki oleh seseorang yang secara unik mempengaruhi
kognisi, motivasi, tingkah laku orang tersebut dalam berbagai situasi.
Pengertian ini tampaknya senada dengan pengertian yang dibuat Allport
sebagaimana dikutip di atas.
Sementara Robbins mengatakan kepribadian itu sebagai
total dari cara – cara di mana seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang
lain, yang digambarkan dalam bentuk sifat – sifat yang dapat diukur dan
diperilhatkan.
Faktor – factor yang berpengaruh terhadap
kepribadian seseorang oleh robbins dikatakan ada tiga yaitu :
a. Keturunan
Kepribadian seseorang
merupakan struktur-struktur yang berhubungan dengan asas-asas keturunan.
Faktor-faktor keturunan ini dibawa sejak lahir sehingga diwarisi dari orang
tuanya yang berkisar pada komposisi biologis, fisiologis dan psikologis, yang
secara inheren terdapat dalam diri seseorang.
b. Lingkungan
Kepribadian seseorang
dipengaruhi oleh pengalamannya, yakni interaksi dengan lingkungannya.
Indrawijaya mengatakan bahwa faktor lingkungan di sini adalah faktor kebudayaan
dan faktor kelas sosial dan nilai kerja. Lebih lanjut diterangkan oleh Robbins (1991)
dan Siagian (1955) bahwa pengalaman seseorang dengan lingkungannya seperti
ajaran disiplin dalam keluarga, kultur tempat seseorang dibesarkan.
c. Situasi
Kepribadian seseorang
dipengaruhi oleh situasi-situasi khusus. Reaksi seseorang terhadap situasi
tertentu bisa berbeda pada waktu yang berlainan.
Atribut kepribadian yang mempengaruhi perilaku
keorganisasian oleh robbins (2001) adalah :
a. Sumber Kendali
1) Internal,
kepribadian yang meyakini bahwa segala apa yang terjadi dapat dikendalikan
sendiri.
2) Eksternal,
kepribadian yang meyakini bahwa apa yang terjadi tergantung pada kekuatan luar,
seperti kemujuran, nasib atau kesempatan.
b. Machiavellianisme,
kepribadian yang cenderung kea rah fragmatis, menjaga jarak emosional dan
meyakini bahwa tujuan dapat menghalalkan segala cara.
c. Penghargaan
diri, kepribadian yang suka/tidak suka terhadap diri sendiri. Individu yang
memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri adalah individu yang
sangat sangat yakin bahwa kapasitasnya lebih tinggi dari tuntutan pekerjaan,
suka risiko, senang pekerjaan yang menantang.
d. Pemantauan diri,
adalah ciri kepribadian yang mengukur kemampuan dan menyesuaikan perilakunya
kepada faktor situasional.
e. Pengambilan
risiko, adalah kepribadian yang menakar segala keputusannya dengan risiko. Bagi
pengambil risiko tinggi keputusan lebih cepat dan sedikit membutuhkan
informasi, sebaliknya yang terjadi pada pengambil risiko rendah.
Holland dan Haryobi (2001) memformulasikan tipe –
tipe kepribadian sebagai berikut :
a.
Tipe Realistik
Orang yang menyukai aktivitas di luar ruangan.
Mereka sering menganggap tidak begitu penting bersosialisasi dan lebih suka
bekerja sendiri. Jika harus bekerja dalam tim, ia lebih suka dengan orang yang
setipe. Orang ini tidak suka bergosip dan hanya berkonsentrasi pada tugasnya.
Tipe ini tidak pernah melimpahkan pekerjaannya pada orang lain.
b.
Tipe Investigatif
Orang selalu tertarik pada gagasan dan ide-ide.
la merasa membuang waktu dengan masalah yang melibatkan emosi. Tipe ini sering
berkonflik dengan orang yang biasa bergosip.
c.
Tipe Artistik
Orang yang senang dengan ide-ide dan materi
untuk diekspresikan dengan cara yang unik. Tipe ini sangat menghargai
kebebasan. Sayangnya, tipe ini rentan jadi santapan gosip karena caranya yang
unik dan sering menimbulkan interpretasi yang biasa.
d.
Tipe Sosial
Orang yang berorientasi untuk dan dengan orang
lain. Tipe ini cenderung mempunyai orientasi untuk menolong, memelihara dan
mengembangkan orang lain. Karena kepekaan dan kepeduliannya, orang ini senang
mengurus hal-hal yang terlalu pribadi.
e.
Tipe Wiraswasta
Orang yang lebih berorientasi pada ‘orang’
daripada gagasan. la mendominasi orang lain untuk mencapai tujuannya. la pintar
mengatur kerja orang lain, mempersuasi orang dan bernegosiasi. Kemampuan
bicaranya sangat diperlukan, biasanya ia menunjukkan sifat pemarah di
lingkungan kerjanya.
f.
Tipe Konvensional
Orang ini biasanya berfungsi paling baik dalam
lingkungan dan pekerjaan yang terstruktur dengan baik serta memerlukan
keletihan. la biasanya tidak suka bekerja dengan ide-ide dan orang lain.
D.
Pembelajaran
Pembelajaran dalam perspektif perilaku keorganisasian adalah proses
perubahan yang relatif konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena
pengalaman atau pelatihan (Robbins, 2001). Ada tiga teori yang disampaikan
Robbins untuk menjelaskan bagaimana orang mendapatkan pola-pola perilaku, yaitu
:
a)
Pengkondisian klasik
Pengondisian
klasik adalah jenis pengondisian di mana individu merespons beberapa stimulus
yang tidak biasa dan menghasilkan respons baru. Teori ini tumbuh
berdasarkan eksperimen untuk mengajari anjing mengeluarkan air liur sebagai
respons terhadap bel yang berdering, dilakukan pada awal tahun 1900-an oleh
seorang ahli fisolog Rusia bernama Ivan Pavlov.
b)
Pengkondisian operan
Pengondisian
operan adalah jenis pengondisian di mana perilaku sukarela yang diharapkan
menghasilkan penghargaan atau mencegah sebuah hukuman.
Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti ini dipengaruhi oleh ada atau
tidaknya penegasan dari konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku.
Dengan demikian, penegasan akan memperkuat sebuah perilaku dan meningkatkan kemungkinan
perilaku tersebut diulangi. Apa yang dilakukan Pavlov untuk pengondisian
klasik, oleh psikolog Harvard, B. F. Skinner, dilakukan pengondisian operan.
Skinner mengemukakan bahwa menciptakan konsekuensi yang menyenangkan untuk
mengikuti bentuk perilaku tertentu akan meningkatkan frekuensi perilaku
tersebut.
E.
Teori
pembelajaran sosial
Pembelajaran sosial adalah
pandangan bahwa orang-orang dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman
langsung. Meskipun
teori pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengondisian operant, teori ini
berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi. Teori ini juga
mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan pentingnya persepsi
dalam pembelajaran.
Ada 4 proses untuk menentukan pengaruh suatu model
pada seseorang individu, yang oleh Robbins (2001) dijelaskan sebagai berikut :
1.
Proses perhatian (attention procceses) orang
hanya belajar dari dari seorang model jika mereka mengenali dan menaruh
perhatian pada perwajahanya yang menentukan.
2.
Proses penahanan (retention
process) pengaruh suatu model akan bergantung pada betapa baiknya individu
mengingat tindakan model itu setelah model itu tidak ada lagi.
3.
Proses reproduksi motor (motor
reproduction process) setelah seseorang melihat suatu prilaku dengan
mengamati model itu.
4.
Proses penguatan (reinforcement process)
individu individu akan dimotvasi untuk memperlihatkan perilaku bermodel jika
ada rangsangan positive atau ganjaran.
F.
Persepsi
Kotler (2000)
menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur
dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran
keseluruhan yang berarti.
Walgito (1993)
mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang
peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai
satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang
relevan dalam menanggapi stimulus.
Adapun Robbins
(2001) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu
sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan
kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
a. Faktor – faktor
yang mempengaruhi persepsi
1) Pemberi kesan/pelaku persepsi
Bila
seseorang memandang suatu obyek dan mencoba menginterpretasikan apa yang yang
dilihatnya tersebut, maka interpretasinya akan sangat dipengaruhi oleh
karakteristiknya dalam hal ini adalah karakteristik pemberi kesan / penilai.
2) Sasaran/target/obyek
Ciri-ciri
pada sasaran/obyek yang sedang diamati dapat mempengaruhi persepsi. Orang yang
penampilannya sangat menarik/tidak menarik lebih mudah untuk dikenal.
3) Situasi
Situasi atau
konteks dimana melihat suatu kejadian /obyek juga sangatlah penting.
Unsure-unsur lingkungan sangat mempengaruhi persepsi seseorang. Obyek yang sama
pada hari berbeda bisa menyisakan persepsi yang berbeda.
b. Kesalahan
Persepsi
Ada beberapa kesalahan persepsi yang sering terjadi,
yaitu :
1)
Bersteriotipe
Menilai
seseorang atas dasar satu/beberapa sifat dari kelompoknya. Seperti didasari
oleh jenis kelamin, keturunan, umur, agama, kebangsaan atau jabatan.
2)
Proyeksi
Kecenderungan
menilai seseorang atas dasar perasaan dan sifatnya. Artinya menghubungkan
karakteristik sendiri dengan orang lain.
3)
Efek halo
Menarik
kesan umum terhadap seseorang individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal.
G.
Sikap
Menurut Robbins (2001) sikap adalah pernyataan
evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak tentang obyek, orang atau
peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Agar
pengelolaan terhadap perilaku organisasi lebih efektif, sikap penting untuk dipahami.
Sedangkan Umar Nimran (1999) beralasan bahwa dari
perspektif individu, sikap dapat menjadi dasar bagi interaksi seseorang dengan
orang lain dan dengan dunia sekelilingnya. Dengan sikap, seseorang dapat
mempelajari sikap orang lain. Dalam organisasi sikap menjadi penting karena
dapat mempengaruhi perilaku kinerja.
a.
Sumber
Sikap
Menurut
Robbins (2001), ada tiga
sumber sikap, yaitu:
1)
Orang tua
2)
Guru
3)
Anggota kelompok rekan sekerja
b.
Tipe
Sikap
Dari
hasil riset perilaku keorganisasian disebutkan ada 3 tipikal sikap, yaitu:
1) Kepuasan
kerja : seseorang yang mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan
cenderung menunjukan sikap positif terhadap pekerjaan, demikian pula sebaliknya
2) Keterlibatan
kerja : sampai sejauh mana seseorang memihak pada pekerjaannya, berpartisipasi
aktif di dalamnya, serta menganggap kinerjanya sangat penting bagi organisasi
3) Komitmen
pada organisasi : sampai tingkat mana seorang anggota organisasi memihak pada
organisasinya, dan bertekad setia di dalamnya
Komitmen pada
organisasi berhubungan negatif dengan tingkat kemahiran maupun dengan tingkat
keluar masuknya anggota organisasi, dan berkolerasi positif dengan kepuasan
kerja. Komitmen pada organisasi merupakan suatu dimensi perilaku yang penting
yang dapatdigunakan untuk mengevaluasi kekuatan para pekerja untuk bertahan
pada suatu organisasi.
H.
Kepuasan Kerja
Newstrom
mengemukakan bahwa “job satisfaction is
the favorableness or unfavorableness with employes view their work”.
Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang dialami
anggota organisasi dalam bekerja
Wexley dan Yukl
mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her
job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara anggota organisasi merasakan
dirinya atau pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah
perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri anggota organisasi yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan
dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan
karir, hubungan dengan anggota organisasi lain, penempatan kerja, dan struktur
organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain
berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
Stephen Robins mengemukakan
kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan
terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan Anggota
organisasi.
a.
Faktor - faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Ada
5 aspek menurut Herzberg
:
1) Kompensasi
2) Promosi
(peningkatan jabatan)
3) Lingkungan
fisik (ventilasi, warna, penerangan, bunyi, dll)
4) Lingkungan
non fisik (hubungan kerja dengan atasan-bawahan, ataupun rekan sekerja,
kesempatan dalam pengambilan keputusan)
5) Karakteristik
pekerjaan (variasi pekerjaan, prospek pekerjaan)
Ada 6 aspek menurut Luthans :
1) Pembayaran
2) Work
it-self
3) Promosi
4) Supervisi
5) kelompok
kerja
6) Kondisi
kerja
Ada 10 aspek menurut Gilmer :
1) Keamanan
2) Kesempatan
untuk maju
3) Perusahaan
dan manajemen
4) Upah/gajiaspek
intrinsik dari pekerjaan
5) Supervisi
6) Aspek
sosial dari pekerjaan
7) Komunikasi
8) Kondisi
kerja
9) Benefits
I.
Efek kepuasan
kerja pada kinerja karyawan
Kepuasan kerja hingga kini diyakini berkaitan dengan
kinerja karyawan, kelompok, yang pada gilirannya akan brkaitan dengan
efektiitas organisasi secara keseluruhan. Kepuasan kerja yang tinggi sangat
mempengaruhi kondisi kerja dan dapat memberikan keuntungan yang nyata tiak
hanya pada bagian pekerja tetapi juga bagi manajemen dan organisasi. Para
pemimpin organisasi perlu menaruh perhatian yang sungguh-sungguh terhadap aspek
kepuasan kerja ini, karena memiliki mata rantai dengan sumber daya manusia
organisasi, produktivitas organisasi, dan keberlangsungan hidup organisasi itu
sendiri.
J.
Stres
Szilagyi dalam
Indriyo
G, 1997 : pemahaman yang bersifat internal yang menciptakan
adanya
ketidakseimbngan fisik dan psikis dalam diri seseorang sebagai akibat
lingkungan eksternal, organisasi, dan organisasi lain.
Menurut Mikhail dalam Djanaid,
2001 : suatu keadaan yang timbul dari kapasitas tuntunan yang tidak seimbang,
baik nyata maupun dirasakan dalam tindakan penyesuaian organ.
respons seseorang baik yang
berupa emosi fisik, kognitif (konseptual) terhadap situasi yangmeminta tuntutan
tertentu pada individu
1.
Mengapa
stress perlu dipahami
Alasan-alasan
mengapa stress perlu dipahami, yaitu :
a. Setiap
orang tidak pernah steril dari stress
b. Setiap
orang memerlukan energi yanglebih banyak untuk menggapai sukses
c. Stress
berhubungan erat dengan produktivitas
d. Setiapindividu
haus berinteraksi dengan orang lain maupun dengan lingkungannya
e. Stress
sering menimbulkan penyakit
2. Sumber Stres
Sumber
stress, yaitu :
a. Faktor-faktor
yang melekat pada pekerjaan
b. Peranan
dalam organisasi
c. Hubungan-hubungan
dalam organisasi
d. Perkembangan
karier
e. Struktur
dan iklim organisasi
f. Hubungan
organisasi dengan pihak luar
g. Faktor
dari dalam individu yang bersangkutan
h. Kepemimpinan
3.
Dampak
Stres
Dampak
stress menurut Indriyo Gitosudarmo, 1997:
a. Faktor
fisik
b. Faktor
psikologi
c. Faktor
organisasi
d. Sabotase
4.
Cara
mengatasi Stress
Cara-cara
mengatasi stress menurut Indriyo Gitosudamo, 1997:
Secara
individu :
a. Meningkatkan
keimanan
b. Meditasi
c. Olah
raga
d. Relaksasi
e. Meminta
dukungan sosial kepada keluarga dan teman
f. Menghilangkan
rutinitas
Secara
organisasi :
a. Perbaikan
iklim organisasi
b. Perbaikan
lingkungan fisik
c. Menyediakan
sarana olah raga
d. Analisis
dan kejelasan tugas
e. Mengubah
struktur dan proses organisasi
f. Meningkatkan
partisipasi dalam proses pengambilan keputusan
g. Restrukturisasi
tugas
h. Menerapkan
manajemen berdasarkan sasaran
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
analisis data dan pembahasan yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut: Karakteristik individu, karakteristik organisasi dan lingkungan
kerja secara simultan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja anggota organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
P.Robbins, Stephen,
Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi buku 2, Jakarta: Salemba Empat.
Ardana, Komang, Ni
Wayan Mujiati dan Anak Agung Ayu Sriathi. 2008. Perilaku Keorganisasian Edisi
Pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Nimran,Umar.
2009.Perilaku Organisasi. Cetakan Pertama. Sidoarjo: Laros.
Subyantoro,Arief.2009.
“Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan, Karakteristik Organisasi dan
Kepuasan Kerja Pengurus yang Dimediasi oleh Motivasi Kerja”.
Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, 11.(1)
Sunyoto,Danang. 2013.
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service.
Wahab, Abdul
Azis.2008.Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
0 komentar: