Makalah Kebaikan Silaturrahmi
BAB I
KEBAIKAN
SHILATURRAHMI
“Al-Birru” degan kasroh huruf Ba’ ialah bersenang hati perbuatan
baik. Sedangkan “Al-Barru” degan fathah Ba’ nya ialah orang yang senang dengan
kebaikan.Dalam hadits sering disebut dengan Shilatur Rahmi.itu merupakan
sindiran dari berlaku terhadap orang-orang yang mempunyai hubungan keturunan,
bersikap kasih saying terhadap mereka,lemah lembut terhadapnya da pemeliharaan
mereka : orang yang suka berbuat baik itu akan tetap bersikap baik sekalipun
orang lain memusuhinya dan berlaku jelek terhadap dirinya adalah pemutusan
hubungan silaturahmi.
1. عن ابى هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم : مَنْ أَحَبَّ اَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَاَنْ يُنْسَأَلَهُ فِى اَثَرِهِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ . اَخْرَجَهُ اْلبُخَارِى.
Dari
Abu Hurairah r.a beliau berkata : Rosululloh Saw bersabda : Barang siapa yang
senang dimurahkan rizqinya dan
dipanjangka umurnya, maka hendaklah menyambung hubungan kasih sayangnya dengan keluarganya.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhori.(Hadits Marfu’).
Kata
“yubsatha” diubah bentuknya
dari ma’iam (kata kerja aktif mejadi pasif) yang maksudnya : Allah memurahkan baginya dalam rizqinya. Kemudian “An-Yunsa’a” sama ketentuannya dengan di atas diubah (dari aktif ke pasif ) yang berarti Allah memperpanjang memperpanjang umurya (fi atsarihi). Kata “Atsarihi”itu dengan huruf Hamzah, lalu huruf Tsa bertitik tiga, kemudian huruif Ra’, yang berarti ajalnya. Barang siapa yang senang diperpanjang umurnya/ajalnya, maka hendaklah dia menyambung hubunga kasih sayang dengan keluarganya.
dari ma’iam (kata kerja aktif mejadi pasif) yang maksudnya : Allah memurahkan baginya dalam rizqinya. Kemudian “An-Yunsa’a” sama ketentuannya dengan di atas diubah (dari aktif ke pasif ) yang berarti Allah memperpanjang memperpanjang umurya (fi atsarihi). Kata “Atsarihi”itu dengan huruf Hamzah, lalu huruf Tsa bertitik tiga, kemudian huruif Ra’, yang berarti ajalnya. Barang siapa yang senang diperpanjang umurnya/ajalnya, maka hendaklah dia menyambung hubunga kasih sayang dengan keluarganya.
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a denga susunan matannya sebagai berikut:
اِنَّ صِلَةَ الرَّحِيْمِ مَحَبَةٌ فِى اْلاَهْلِ مَثْرَاةٌ فِى اْلمَالِ وَمَنْسَأَةٌ فِى اْلاَجَلِ.
Artinya : sesungguhnya silatur rahmi
itu meimbulkan kecintaan keluarga, menambah harta dan menunda ajal.
Imam Ahmad
meriwayatkan (Hadits Marfu’) dari Aisyah r.a yang bersambung sanadnya hingga
Rosululloh Saw . bersabda :
صَلَةٌ الرَّحِمَ وَحُسْنُ اْلجِوَارِ يُعَمِرَانِ
الدِّيَارِ وَيَزِيْدَانِ
فِى اْلاَعْمَارِ
Artinya
: Shilatur rahmi dan berbuat baik pada tetangga
itu memakmurkan beberapa rumah dan
menambah umur.
Abu
Ya’la meriwayatkan Hadits marfu’ dari sahabat Anas r.a yang bersambung sanadnya
hingga Rosululloh Saw. Beliau bersabda :
اِنَّ الصَدَ قَةَ وَصِلَةَ الرَّحِمَ يَزِيْدُ اللهُ بِهِمَا فِى اْلعُمْرِ وَيَدْ فَعُ بِهِمَا مَيْتَةَ السُوْءِ.
Artinya
: Sesungguhnya sedekah dan Shilatur rahmi itu, karena keduanya Allah akan
menambah umur dan karena keduanya Dia akan mencegah kematian yang jelek. Dalam
sanadnya ada kelemahan (Dhoif).
Kata
Ibnu Tiin : Zhohir Hadits itu yaitu yaitu Hadits Riwayat Al-Bukhori.itu
bertentangan dengan Firman Allah ( dalam
surat An-Nahl ayat 61 )
فَاِذَا جَاءَ اَجَلُهُمْ لا يَسْتَأْ خِرُوْنَ سَاعَةً
وَلا يَسْتَقْدِ مُوْنَ
Artinya : Apabila sudah datang ajal
mereka, maka mereka tidak menundanya sesaatpun dan tidak dapat mereka mengajukannya.
1.
Kata beliau :
Cara menggabungkan/mengkompromikan antara keduanya dapat dilihat dari dua
segi:Bahwa tambahan umur itu hanya sindiran dari berkah umur disebabkan taufiq
untuk patuh dan pengisian waktu dengan sesuatu yang bermanfaat baginya di
Akhirat dan memeliharanya dari penyia-nyiaa waktu untuk selain dari sesuatu
yang bermanfaat itu. Sebagai contohnya sebagaimana terdapat dalam suatu riwayat
: Bahwa Nabi Saw. Merasa sedikit umur umatnya dibandingka dengan umur umat-umat
yang telah lalu. Lalu Allah memberikan Lailatul Qodar.
Kesimpulannya
bahwa silatur rahmi itu menjadi sebab mendapatkan taufiq untuk patuh dan pemeliharaan
diri dari kemaksiatan. Sehingga sesudahnya ia mati, maka kenangannya tetap
indah, seakan-akan dia tidak akan mati. Di antara sekian banyak taufiq yang dia
peroleh adalah ilmu yang bermafaat sesudah meninggalnya, karena karangannya dan
semacamnya, shodaqoh jariyah dan anak yang sholeh yang dia tinggalka.
2.
Kedua dari cara
kompromi itu ialah bahwa tambahan umur itu menurut pengertian sebenarnya. Itu
ditinjau dari ilmu malaikat yang ditugasi mencabut nyawa manusia. Sedang umur
yang dimaksudkan dalam ayat tersebut ditijau dari ilmu Allah , seakan-akan
dikatakan kepada malaikat itu :
Sesungguhnya umur si fulan seratus tahun jika dia menyambung tali silatur
rahminya, dan jika dia memutuskan tali silaturrahmi maka umurnya hanya umur enam puluh tahun. Padahal
Allah telah mengetahuinya lebih dahulu bahwa dia akan menyambung silatur rahmi atau
memutuskan silatur rahmi. Umur yang dalam ilmu Allah itulah yag tidak maju dan
tidak bisa mundur sedikitpun itu. Sedangkan umur yang ada dalam ilmu malaikat
itu adalah umur yang dapat bertambah dan berkurang. Kemungkinan semacam itu
diisyaratkan dengan firman Allah (dalam surat Ar-Ra’du ayat 39).
يَمْحُوااللهَ مَا يَشَاءُ وَيُثَبِتُ ۚ وَعِنْدَهُ اُمُّ اْلكِتَبِ
Artinya
: Allah menghapus apa yang Dia kehendaki, dan menetapkan apa yang Dia
kehendaki, dan di sisi-Nya Ummul Kitab (Lauhul Mahfuzh).
Penghapusan
dan penetapan itu ditinjau dari apa yang ada di dalam ilmu malaikat dan apa
yang ada dalam Ummul Kitab. Adapun yang ada dalam ilmu Allah maka tidak dapat
hapus sama sekali. Ini disebut Qadla Mubram, sedang pada yang pertama disebuat
Qadla Ma’allaq (qadla bersyarat).
Cara
kompromi yang pertama lebih cocok, karena sesungguhnya efek sesuatu itu ialah
apa yang mengikuti sesuatu. Apabila ditunda akan kepada kenangan yang baik
setelah kematian yang dikenang. Kompromi yang pertama ini diperkuat oleh
At-Thibi dan beliau kepadanya dalam “Al-Faiq”. Dan kompromi semcam itu diperkuat oleh Hadits yang
diriwayatka oleh At-Thabarani dalam Hadits As-Shagir dengan sanadnya yang lemah.
Dari Abu Darda’ beliau berkata :
ذُكِرَ عِنْدَ رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ وَصَلَ
رَحِمَ أُنْسِئَ لَهُ فِى اَجَلِه ؟ فقال : اِنهُ لَيْسَ زِيَادَةً فِى عُمُرِهِ قَالَ
تَعَالَى : فَاِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لا يَسْتَأْ خِرُوْنَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُوْنَ
. وَلَكِنَّ الرَّجُلَ تَكُوْنُ
لَهُ الذُّرِّيَةُ الصَا لِحَةُ
يَدْعُوْنَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ.
Artinya
: Disebutkan di sisi Rosululloh Saw. Orang yang menyambung Shilatur rahminya,
apakah dia ditunda ajalnya ? Lalu beliau bersabda : Sesungguhnya bukan tambah
umurnya, Karena Allah sudah berfirman : Lalu apabila sudah datang ajalnya, maka
mereka tidak dapat menundanya sesaatpun dan mereka tidak dapat mengajukannya.
Akan tetapi orang itu mempunyai anak cucu yang sholeh yang mendoakannya sesudah
dia meninggal.
At-Thabarani
meriwayatkannya dalam kitabnya “Al-Kabir”, hal keadaan bersambung sanadnya
hingga Rosululloh Saw. Dari sanad yang lain.
Ibnu
Fauruk menegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan tambahan umur itu ialah tidak
adanya kerusakan dari orang-orang yang berbuat baik itu dalam pemahamannya dan
akalnya (pengertiannya). Selain beliau berkata : dalam hal yang lebih umum dari
itu dalam ilmunya da rizkinya.
Ibnul
Qoyim dalam kitabnya “Ad Da’uwad Dawa’ “ mempunyai pendapat yang menetapkan
bahwa masa kehidupan seseorang hamba Allah, dan umurnya hanyalah selama hatinya
selalu menghadap kepada Allah, hal keadaan mengingat Allah itu, selalu patuh
kepada-Nya, tanpa berbuat maksiat. Hanya inilah umurnya yang sebenarnya.
Apabila hati itu sudah berpaling dari mengigat Allah dan sibuk dengan kemaksiatan,
maka hilang percumalah hari-hari masa kehidupannya dan sia-sialah umurnya. Lalu
atas dasar inilah pengertian bahwa baginya ditunda ajalnya. Dengan maksud Allah
akan memakmurkan masa-masa hidupnya dengan kepatuhan kepada-Nya. Nanti akan
datang penjelasan tentang silatur rahmi itu dalam syarah sabda Rosululloh Saw.
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam
kehidupan ini kita tidak bisa hidup sediri, setiap orang pasti membutuhka orang
lain karena manusia merupakan makhluk social. Karena kebutuhan antar individu
tersebut itulah kita harus menjalin silaturrahmi antar sesama manusia. Dengan
bersilaturrahmi Allah akan memberikan rahmat terhadap manusia dalam menjalani
kehidupannya.
Islam merupakan agama yang sangat
memperhatikan hubungan antar sesama manusia. Hal itu di gambarkan dengan adanya
berbagai syari’at tentang hubungan manusia baik yang menyangkut hubungan
keluarga dan maupun masyarakat. Untuk mempererat hubungan antar keluarga, Islam
mensyari’atkan silaturahmi. Dalam pandangan Al-Qur;an dan Hadits, silaturahmi
memiliki kedudukan yang penting. Al-Qur’an menggambarkan bahwa silaturahmi
merupakan salah satu bentuk pelaksanaan ibadah seorang hamba kepada Rabb-Nya.
Dan Hadits melukiskan bahwa orang yang senantiasa silaturahmi akan di panjangkan
umurnya serta diperluas rizkinya.
Setelah kita memahami
konsep silaturahmi, baik dari segi pengertian, pembagian, serta keterangan
A-Qur’an dan Hadits mudah-mudahan kita bisa mengimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Dan juga bisa menyebarluaskannya kepada segenap umat Islam di bumi
Allah.
0 komentar: