Sejarah Psikologi Perkembangan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ketika ingin mengetahui dan mengenal sesuatu
pastilah kita harus mengetahui sesuatu di belakang layar sesuatu tersebut. Maka
jika kita ingin mengetahui dan mengenal psikologi perkembangan dengan baik,
maka kita harus mengetahui latar belakang historis dari cabang ilmu ini.
Berbekal pertanyaan ‘seperti apakah historis
atau
sejarah dibalik psikologi perkembangan?’ saya mencoba menyajikan karya tulis ini. semoga tulisan ini bermanfaat.
sejarah dibalik psikologi perkembangan?’ saya mencoba menyajikan karya tulis ini. semoga tulisan ini bermanfaat.
B. Tujuan
Tujuan saya menulis sejarah psikologi
perkembangan ini adalah untuk mengetahui seperti apa sejarah dibalik cabang
ilmu ini, sehingga dapat lebih mengenal dan mencintai cabang ilmu ini,serta
dapat menjadi motivasi untuk menggali segala sesuatu yang berkaitan dengannya.
BAB II
SEJARAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Pada mulanya, psikologi perkembangan
mengkhususkan diri pada masalah usia dan tahapan-tahapan. Para penyelidik
terdorong untuk mempelajari usia yang khas dan tertentu dimana terjadi berbagai
tahapan perkembangan. Begitu kata Siegel.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri
sendiri, psikologi perkembangan telah melewati sejarah yang cukup panjang. Sejarah psikologi perkembangan ini dibagi
menjadi 3 periode, yaitu : (1). Minat awal mempelajari psikologi perkembangan anak,
(2). Dasar-dasar psikologi perkembangan secara ilmiah, dan (3). Munculnya
psikologi perkembangan secara modern.
1. Minat awal mempelajari
perkembangan anak
Jauh sebelum dilakukan studi ilmiah terhadap
perkembangan anak, perhatian dan penyelidikan tentang anak- anak sedikit sekali
dilakukan. Bahkan buku-buku khusus tentang perkembangan jiwa anak sedikit
sekali. Serta pemahaman mengenai anak-anak masih sangat dipengaruhi keyakinan
tradisional yang bersumber dari filosof dan teolog tentang anak , serta lingkungan
dan keturunan.
Plato (427-346 SM) merupakan salah seorang filosof yang banyak mempengaruhi pandangan masyarakat tentang kehidupan anak.
Menurut Plato, perbedaan-perbedaan individual mempunyai dasar genetis. Potensi
individu ditentukan oleh factor keturunan. Artinya, sejak lahir anak telah
memiliki bakat-bakat atau benih-benih kemampuan yang dapat dikembangkan melalui
pengasuhan dan pendidikan.
Pada akhir abad ke-17, seorang filosof Inggris
keamanan, John Locke (1632-1704)
mengemukakan bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan factor yang paling
menentukan dan perkembangan anak. Ia tidak mengakui adanya kemampuan bawaan (innate knowledge) . sebaliknya
menurut beliau isi kejiwaan anak ketika dilahirkan adalah ibarat secarik kertas
yang masih kosong, dimana bentuk dan corak kertas tersebut nantinya sangat
ditentukan oleh bagaimana kertas itu ditulisi. Dikenal dengan istilah “tabula
rasa” (Blank slate) .
Pandangan-panadangan John Locke ini kemudian ditentang oleh Jean Jacques Rousseau (1712-1778), seorang filosof Perancis abad ke
18, yang berpandangan bahwa anak berbeda secara kualitatif dengan orang dewasa.
Ia sama sekali menolak pandangan bahwa bayi adalah makhluk pasif, yang
perkembangannya ditentukan oleh pengalaman.
Dalam bukunya emile ou I’education yang diterbitkan tahun 1762, Rousseau menolak pandangan bahwa anak
memilki sifat bawaan yang buruk (innately
bad). Sebaliknya Rousseu menegaskan bahwa : “ All things are good as they come out of the hands of their
creator, but everything degenerates in the hands of man.” (
segala-galanya adalah baik sebagaimana keluar dari tangan Sang Pencipta,
segala-galanya memburuk dalam dalam tangan manusia). Dan dikenal dengan istilah
“noble savage”, dan
digolongkan sebagai pandangan yang beraliran “Nativisme”. Sebaliknya
pandangan Locke merupakan aliran “Empirisme”
. kedua pertentangan ini kemudian menjadi titik awal timbulnya “teori belajar” (learning theory) dikemudian
hari.
2. Pembentukan psikologi
perkembangan secara ilmiah
Gambaran tentang masa anak-anak yang diungkapkan
oleh Plato, Locke, dan Rousseau pada dasarnya bersifat
spekulatif karna tidak mengajukan bukti-bukti yang nyata dari hasil observasi
pada anak-anak. Tetapi penelitian yang lebih terarah terhadap kehidupan dan
perkembangan psikis anak baru dimulai pada abad ke-18, walaupun jika ditinjau
dari segi ilmiah dan sistematika dapat dikatakan belum memuaskan.
Dalam periode ini sumber penting untuk
mempelajari anak adalah catatan-catatan harian mengenai perkembangan dan
tingkah laku anak. Tetapi catatan-catatan itu baru ditulis terhadap anak-anak
sendiri. Misalnya seorang ahli pedidikan dari Swiss, Johan Heinrich Pestalozzi (1746-1827) pada tahun 1774 menerbitkan
catatan-catatan harian yang ditulis terhadap anaknya sendiri yang berusia 3,5
tahun. Dan dia mendukung pendapat Rousseau
bahwa seorang anak yang dilahirkan pada dasarnya mempunyai segi-segi yang
baik, dan perkembangan selanjutnya banyak dipengaruhi oleh aktivitas anak itu
sendiri.
Beberapa waktu kemudian, Dietrich Tiedeman, seorang tabib berkebangsaan Jerman, juga
melakukan hal yang sama. Pada tahun 1787 Tiedeman memperkenalkan hasil
penelitian berdasarkan catatan harian terhadap pekembangan anaknya sendiri yang
berusia 2,5 tahun yang meliputi perkembangan sensoris, motoris, bahasa dan
intelek anak.
Perhatian dan penyelidikan yang sesungguhnya
tentang perkembangan anak melalui observasi langsung baru dimulai pada abad
ke-19 dan tokoh yang cukup berpengaruh adalah Charles Darwin dan Wilhelm
Wundt.
Pengaruh Darwin
(1809-1882) sangat besar meskipun jika disimpulkan catatan-catatn harian Darwin tidak bisa dikatakan mempunyai
nilai-nilai ilmiah yang kuat. Tapi ini merupakan titik awal studi yang lebih
sistematis. Pandangan biologis Darwin
yang menganggap perekembangan sebagai pembukaan kemampuan dan ciri-ciri yang
telah terprogram secara genetic, kemudian menjadi landasan bagi sejumlah
teoritis psikologi perkembangan. Bahkan riset terakhir mengenai perkembangan
biologi-saraf, juga meneruskan tradisi Darwin.
Sementara pengaruh Wilhelm Wundt (1832-1920) beliau merupakan orang yang mempelopori
psikologi menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Yang ditandai dengan
berdirinya laboratorium psikologi pertama kali di Leipzig tahun 1879. Dan dia
beranggapan bahwa experiment memiliki arti yang penting bagi psikologi.dan
dengan teliti ia membuat rumusan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah
eksperimen.
3. Munculnya studi psikologi perkembangan modern
Studi sistematis tentang psikologi perkembangan
mengalami perkembangan yang signifikan pada abad ke-20. Penelitian-penelitian
yang dilakukan pada zaman ini lebih bersifat deskriptif dan lebih
dititikberatkan pada ciri-ciri khas yang terdapat secara umum,
golongan-golongan umur serta masa-masa perkembangan tertentu.
Perubahan dalam studi psikologi perkembangan
terjadi setelah J.B. Watson
memperkenalkan teori Behaviorisme. Dalam teorinya Watson menggunakan prinsip-prinsip “calssicalconditioning” untuk memperjelas perkembangan suatu
tingkah laku. Menurutnya prinsip-prinsip conditioning
dan prinsip-prinsip belajar dapat diterapkan pada semua perkembangan
psikologis. Karya Watson ini
memancing perkembangan teori-teori psikologi yang bertentangan.
Dalam kurun waktu yang sama pengaruh Sigmund Freud dalam psikologi
perkembangan juga mulai terlihat. Dalam kunjungannya ke Amerika atas undangan G.Stanley Hall pada tahun 1909 dalam ceramahnya menyampaikan penjelasan
tentang teori psikoanalisisnya, yang menekankan pengalaman masa bayi dan
anak-anak mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap perkembangan kepribadian
dan tingkah laku orang dewasa. Semula teori ini banyak ditentang oleh psikolog
perkembangan. Baru sekitar tahun 1930-an dilakukan usaha yang sungguh-sungguh
dalam bentuk penelitian tentang aspek perkembangan dari teorinya.
Namun pengaruh dari Watson, Freud dan tokoh yang lain dalam disiplin ilmu ini besar,
namun sampai tahun 1930-an penelitian-penelitian psikologi perkembangan masih
bersifat deskriptif. Dan ini yang menjadi kurang nya publikasi mengenai
psikologi perkembangan ini, hingga sekitar tahun 1939-1949. Namun ternyata
kemunduran ini tidak berlangsung lama karena pada tahun 1950-an psikologi
perkembangan memasuki periode baru dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya.
Dan ini berlangsung hingga saat ini.
Setidaknya ada tiga factor yang mendorong diaktifkannya kembali bidang
studi psikologi perkembangan ini.
Pertama , terjadinya perubahan orientasi dalam riset-riset psikologi perekembangan
hingga menjadi bersifat eksperimental. Teknik yang digunakan terbukti sangat
efektif, yakni pengukuran dan pengotrolan dalam eksperimen. Perubahan juga
terjadi dalam focus penelitian dalam masalah yang lebih spesifik, seperti
proses-proses persepsi, problem solving, attention dan sebagainya. Dan
kadang-kadang mempunyai cara pendekatan yang berbeda dengan alur berfikir psikologi
umum.
Kedua, ditemukannya kembali hasil-hasil karya Jean
Piaget, seorang psikolog dari Swiss yang secara terus –menerus aktif melakukan penelitian mengenai
perkembangan kognisi pada anak-anak dari bayi
hingga remaja. Hingga ia mampu menyusun teori yang komprehensif tentang
perkembangan kognisi. Ia menentang pendapat kaum behavioris yang menganggap
perkembangan individu sepenuhnya dipengaruhi oleh factor lingkungan. Dan
menentang pendapat ekstrem lainnya yang berpendapat bahwa perkembangan dipengaruhi
sepenuhnya oleh pengaruh genetic atau keturunan. Sebaliknya piaget berpendapat, perkembangan
terjadi sebagai hasil interaksi yang antara individu di satu pihak dan tuntutan
lingkungan di pihak lain. Oleh sebab itu
individu selalu beradaptasi untuk mempertahankan keseimbangan antara
dirinya dan lingkungan. Karena karyanya diterbitkan dalam bahasa Perancis yang
sulit dan rumit, maka baru pada tahun 1950-an bisa diterjemehkan dalam bahasa
inggris. Padahal dia sudah menulis nya sejak tahun 1920-an. Sejak inilah
pengaruh buku-bukunya mendominasi psikologi perkembangan.
Ketiga, adanya minat baru terhadap
asal mula tingkah laku (origin of
behavior) yang ditandai dengan meningkatnya riset terhadap terhadap
bayi-bayi. Dan peningkatan ini didorong pula dengan alat-alat yang semakin
modern pula.
Hingga permulaan tahun 1950-an studi mengenai
tingkah laku serta kondisi-kondisi psikis dan fungsionalitas kepribadian
individu lebih terfokus pada anak, sehingga lebih dikenal dengan psikologi
anak. Ciri-ciri khas psikologi anak pada waktu itu adalah:
1) Orientasi
lapangan psikologi anak menjadi terlalu klinis-patologis, yakni banyak
berhubungan dengan kelainan tingkah laku anak dan usaha untuk mempengaruhinya
ke arah perbaikan tingkah laku yang diharapkan.
2) Psikologi
anak banyak menaruh perhatian terhadap aspek-aspek praktis pada tingkah laku
serta perkembangan kepribadian pada umumnya dengan masalah-masalah yang timbul.
3) Usaha
mengenal dan memberi ciri-ciri kepribadian banyak dilakukan.
Pada tahun 1960-an, “psikologi anak” yang
hanya mencakup seluk-beluk anak mulai digantikan oleh “psikologi perkembangan”
yang mempunyai bidang cakupan yang lebih luas. Ciri-ciri psikologi perkembangan
yang membedakannya dengan psikologi anak adalah :
1) Lapangannya
lebih luas, yaitu meliputi pertumbuhan dan perkembangan sejak manusia baru
berbentuk melalui konsepsi sampai tua dan meninggal dunia.
2) Psikologi
perkembangan mempelajari perubahan tingkah laku dari lahir sampai mati dalam
hubungannya dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya, seperti ilmu kedokteran dan
biologi, ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu social lainnya.
3) Objek
psikologi perkembangan adalah proses-proses perkembangan yang meliputi
aspek-aspek fisik, psikis dan social, sehingga orientasinya adalah psikofisik
dan biososial (Gunarsa,1990)
Membanjirnya penyelidikan oleh para ahli
eksperimental terbukti Dalam Experimental
Child Psychology dan Advances in childnDevelopment and
Behavior, terdapat pengaruh besar dari ahli psikologi
eksperimental terhadap psikologi anak. Disebabkan karena ketidakpuasan terhadap
cara kerja, metode dan pendekatan yang dipakai untuk mengadakan penelitian
terhadap anak, karena dianggap kurang memenuhi syarat dilihat dari sudut
metodologi penelitian dan eksperimen.
Selain itu meningkat pula perhatian dan minat
para ahli eksperimental terhadap aspek-aspek psikis, seperti persepsi kognisi,
dan anak dipandang sebagai objek untuk penelitian ditinjau dari segi
perkembangan dan proses-prosesnya.
B.F Skiner (1904-1990) seorang psikolog Amerika beraliran behavioristik menekankan
bahwa hal yang patut menjadi minat dan perhatian para ahli psikolog adalah
perilaku yang terlihat. Ia telah mepelajari proses belajar dan hubungannya
dengan tingkah laku sjak 1920-an dan memperkenalkan konsep operant conditioning. Konsep ini terbukti mampu
dilaksanakan untuk mengubah perilaku sesuai dengan yang diinginkan, melalui
rangsangan-rangsangan yang diatur secara tertentu. Dan ini mengundang minat
ahli yang lain untuk menemukan cara-cara yang bias digunakan untuk mengubah
perilaku yang terlihat.
Meluasnya
pengertian tentang kognitif dan perkembangan bahasa. Pada permulaan 1960-an
banyak muncul tulisan mengenai Piaget yang lebih mudah dipahami daripada
tulisan Piaget sendiri. Ini
menamabah semakin meluasnya perhatian dan pembahasan mengenai kognitif. Hingga
dihubungkan dengan proses-proses perkembangan melalui hasil penelitian dan
percobaan yang diamalkan dalam mempengaruhi perkembangan dan pendidikan anak.
Dan sampai terjadi proses-proses pemilahan penggunaan bahasa yang lebih
komunikatif kepada anak.
Dan
pemilihan penggunaan bahasa ini lebih menjadi objek garapan psikologi
perkembangan daripada psikologi umum. Dan timbulnya masalah karena kesalahan
pemakaian bahasa lebih banyak ditemukan menyebabkan minat para ahli untuk
menggali perkembangan dari sudut bahasa.
Sejalan semakin meluasnya penelitian dan
percobaan mengenai fungsi kognitif, maka perhatian dan penelitian terhadap bayi
semakin meluas pula. Karena asal usul tingkah laku awal manusia bias terlihat
pada bayi.
Penggunaan bayi sebagai objek penelitian sudah
lama dimulai sejak timbulnya teori S.R (stimulus: Respone) tapi seiring
perkembangan zaman semakin ditemukan alat-alat yang lebih mendukung dan modern
pula. Sehingga memudahkan penelitian pada bayi.
Teori social belajar (social learning theory) sebuah teori perluasan dari
behaviorisme yang menekankan pentingnya perilaku, lingkungan dan kognisi
sebagai kunci dalam perkembangan. Teori ini timbul ketika O.H Mowner, Robert R. Sears, Neal Miller, John Dollar, dan rekan
lainnya berusaha menemukan teori
perkembangan anak dengan dasar teori S.R dan Psikonalisa.
Dan Alfred
L. Baldawin (1967) menyebutkan cara pendekatan yang mereka lakukan
dinamakan Teori Sosial Belajar. Dan kemudian tokoh lain seperti Gewitz, Bandura, dan Walters lebih giat meneliti prilaku
tertentu seperti agresivitas. Yang sebelumnya dipelajari dengan sitem dan
metode yang non-eksperimental.
Psikologi perkembangan akhirnya lebih dikenal
karena membuka kesempatan lebih luas untuk melakukan penelitian dan percobaan
terhadap anak dengan perubahan-perubahan tingkahlakunya. Karena cakupannya
lebih luas, maka ia menggantikan posisi psikologi anak. Ini terbukti pada tahun
1957 Annual Review of Psycology
yang biasa memakai judul “ Psikologi Anak” mulai menggantinya dengan “Psikologi
Perkembangan.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari tulisan diatas adalah :
1.
Sejarah psikologi perkembangan ini dibagi
menjadi 3 periode, yaitu :
a.
Minat awal mempelajari psikologi perkembangan
anak,
b.
Dasar-dasar psikologi perkembangan secara
ilmiah, dan
c.
Munculnya psikologi perkembangan secara modern.
2. Plato (427-346 SM) merupakan salah seorang filosof yang banyak mempengaruhi
pandangan masyarakat tentang kehidupan anak. Dan dialah orang yang pertama
menyinggung tentang kehidupan anak-anak.
3.
Wilhelm Wundt (1832-1920)
beliau merupakan orang yang mempelopori psikologi menjadi disiplin ilmu yang
berdiri sendiri. Yang ditandai dengan berdirinya laboratorium psikologi pertama
kali di Leipzig tahun 1879.
4.
Pada tahun 1957 Annual Review of Psycology yang biasa memakai judul “ Psikologi Anak” mulai menggantinya dengan “Psikologi Perkembangan.”
DAFTAR PUSTAKA
1.
Desmita.
(2006).psikologi perkembangan, PT. Remaja Rosdakarya Bandung.
2.
Muhibbin
Syah. (2000). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, PT. Remaja
Rosdakarya Bandung.
3.
Abu Ahmadi
dan Munawar sholeh. (2005). Psikologi perkembangan, PT. Rineka Cipta.
4.
Rosleny
Maryani. (2010). Psikologi umum, CV.Pustaka Setia Bandung.
0 komentar: